Wednesday 6 July 2011

"Mari Kita Optimalkan Sumber Belajar Di Sekitar Kita"

Sumber belajar yang beraneka ragam disekitar kehidupan peserta didik, baik yang didesain maupunnon desain belum dimanfaatkan secara optimal dalam pembelajaran. Sebagian besar guru kecenderugan dalam pembelajaran memanfaatkan buku teks dan guru sebagai sumber belajar utama. Ungkapan ini diperkuat oleh Parcepal dan Ellington (1984), bahwa dari sekian banyaknya sumber belajar hanya buku teks yang banyak dimanfaatkan. Keadaan ini diperparah pemanfaatan buku sebagai sumber belajar juga masih bergantung pada kehadiran guru, kalau guru tidak hadir maka sumber belajar lain termasuk bukupun tidak dapat dimanfaatkan oleh peserta didik. Oleh karena itu kehadiran guru secara fisik mutlak diperlukan, disisi lain sebenarnya banyak sumber belajar disekitar kehidupan peserta didik yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran.
Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran memiliki peranan yang sangat besar karena dengan penggunaan media dalam pembelajaran menunjukkkan semakin banyaknya alat indera siswa yang terlibat. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk memperoleh  pembelajaran semakin besar pula kemungkinan siswa untuk mengerti dan memahami pelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat (Grinder dalam Melvin l Silberman, 2006: 28) bahwa “ Dari setiap 30 siswa, 22 di antaranya rata-rata dapat belajar secara efektif selama gurunya menghadirkan kegiatan belajar yang berkombinasi antara visual, auditori dan kinestetik.  Selain itu, Azhar Asryad (1997:9) mengemukakan bahwa Belajar dengan menggunakan indera ganda - pandang dan dengar memberikan keuntungan bagi siswa.  Dari pendapat  tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya menghadirkan/ melibatkan semua indera dalam kegiatan belajar mengajar.
Sehingga, banyak terdengar keluhan bahwa pelajaran matematika membosankan, tidak menarik, dan bahkan penuh misteri. Ini disebabkan karena pelajaran matematika dirasakan sukar, gersang, dan tidak tampak kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini adalah sebuah presepsi yang negatif terhadap matematika. Sementara itu, ada juga siswa yang sangat menikmati keasyikan bermain dengan matematika, mengagumi keindahan matematika dan tertantang untuk memecahkan setiap soal matematika. Kedua persepsi ini pasti ada dalam pendidikan matematika dimana-mana. Masalahnya adalah mengapa persepsi negatif lebih banyak terdengar daripada persepsi positif. Mengapa?
Banyak hal yang dapat dikaji untuk mengungkap masalah persepsi negatif ini. Ada kemungkinan bersumber dari porsi materi matematikanya yang sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa; ada kemungkinan bersumber dari strategi pembelajarannya yang menyajikan aturan-aturan yang penuh misteri, tidak jelas asal-usulnya. Demikian juga sebaliknya, banyak hal yang dapat diupayakan untuk membentuk persepsi positif terhadap matematika.
Berkenaan dengan hal di atas maka sangat perlu adanya perubahan dalam sistem pembelajaran matematika. Salah satunya dengan mengoptimalkan sumber belajar yang ada di sekitar kita.
(sebuah Catatan "Zulfian Yusmana")

1 comment:

  1. PGRI Cabang Cibeber truzzz maju untuk mencerdaskan anak bangsa."jangan tanykan berapa banyak yang telah kita terima, tapi tanyakan berapa banyak yang telah kita berikan untuk orang lain"

    ReplyDelete