Saturday, 16 October 2021

 

PGRI Ranting Cikotok Gelar Pemilihan Pengurus Ranting Masa Bakti 2021-2026


Masa Bakti Kepengurusan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Ranting Cikotok telah berakhir.

Untuk itu, dilakukan rapat kerja dalam rangka pemilihan, pengukuhan serta Pelantikan Pengurus PGRI Ranting Cikotok untuk masa bakti 2021-2026 (Sabtu, 16/10/2021)

Kegiatan Rapat kerja dalam rangka pemilihan pengurus tersebut dilaksanakan di Gedung LRC.



Kegiatan tersebut dihadiri langsung oleh Para Pengurus Cabang PGRI Cibeber yakni Arif Nurzaenal Aripin,S.Pd selaku Ketua Umum, Sekretaris serta Bendahara. dan dihadiri pula oleh Korwil Dinas Pendidikan Kecamatan Cibeber yakni Oay Yohayudin, S.Pd.,M.Pd. ( Dewan Pembina PGRI Cabang Cibeber ).

Selain itu kegiatan tersebut juga dihadiri oleh Para Pengurus PGRI Tingkat Ranting Cikotok, serta para Pemegang mandat yang ada di ranting tersebut.

Saat sambutannya, Arif Nurzaenal Aripin,S.Pd selaku Ketua PGRI Cabang Cibeber mengungkapkan bahwa organisasi PGRI pada dasarnya adalah wadah yang menghimpun para guru sebagai Anggotanya dan kegiatan ini menuju warga pendidikan dan pendidikan di cibeber itu lebih solid lagi dan lebih maju.

Berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PGRI bahwa kepengurusan PGRI baik ditingkat Cabang dan Ranting yang telah habis masa periode kepengurusannya agar segera melakukan pemilihan, pengukuhan serta pelantikan kepengurusan untuk masa bakti 2021-2026.

Adapun kepengurusan tingkat ranting terdiri atas 4 orang pengurus inti yang terdiri atas Ketua Umum, Wakil Ketua, Sekretaris dan Bendahara serta ditambah 4 orang anggota.

Untuk arah dan kebijakan Pengurus Cabang PGRI Cibeber diantaranya melakukan rapat kerja dalam rangka Pemilihan, Pengukuhan dan Pelantikan para pengurus Ranting untuk masa bakti 2021-2026.

 “Semoga pengurus PGRI Ranting Cikotok yang terpilih nantinya dapat mematuhi serta melaksanakan amanah organisasi dengan sebaik-baiknya”

“Salah satu visi besar Pengurus Cabang PGRI Cibeber adalah terdepan dalam melakukan perbaikan serta peningkatan kegiatan serta manajemen organisasi” Ungkap Ketua Cabang PGRI Cibeber.

Pada kegiatan rapat kerja kali ini berhasil memilih, mengukuhkan serta melantik Pengurus Ranting PGRI Cikotok untuk masa bakti 2021-2026 yakni : Aan Juanda, S.Pd ( Ketua ), Lili Herdiana, S.Pd.i ( Wakil Ketua ), Iip Aditia, S.Pd.I ( Sekretaris), Eti Kurniati, S.Pd (Bendahara), Rusandi,S.Pd, Elis,S.Pd.I, Rosmalati,S.Pd dan Ritnala, S.Pd. ( Anggota).





Di akhir sambutannya, Arif Nurzaenal Aripin,S.Pd. selaku Ketua Cabang PGRI Cibeber, menyampaikan ucapan selamat kepada para Pengurus Ranting yang sudah terpilih. Semoga kita semua bisa bekerja secara maksimal sesuai program kerja PGRI yang terarah dan bermanfaat.

 (Asipa Prabowo)

 

Monday, 11 October 2021

Pembelajaran K13 Revisi 2021

 

Jurnal Pelaksanaan Pembelajaran K13 Revisi 2021


Jurnal Pelaksanaan Pembelajaran K13 Revisi 2021 untuk semester 1 K-13 revisi terbaru tahun 2017 tematik pada jenjang SD/MI ini merupakan jurnal kurikulum 2013 versi terbaru, yang mana pada jurnal pelaksanaan pembelajaran ini memuat komponen-komponen berikut yang sudah diisikan, Jadi Rekan-rekan guru hanya tinggal menggunakan format jurnal kelas 1 ini.
Pembelajaran/PB
Muatan Mata Pelajaran
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian Kompetensi

     


     

    ini juga telah memuat tanggal, alokasi waktu, kelas, semester, tema dan subtema yang sudah sesuai dengan mata pelajaran tematik kurikulum 2013 revisi terbaru.

    semoga bermanfaat

    untuk mendapatkan contoh file nya silahkan kunjungi tautan di bawah :

    Jurnal Kelas 1 K13 Tema 1 [Download]
    Jurnal Kelas 1 K13 Tema 2 [Download]
    Jurnal Kelas 1 K13 Tema 3 [Download]
    Jurnal Kelas 1 K13 Tema 4 [Download]

    Thursday, 19 March 2020

    KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

    Salah satu ciri guru yang berhasil (efektif) adalah bersifat reflektif. Guru yang demikian selalu belajar dari pengalaman, sehingga dari hari ke hari kinerjanya menjadi semakin baik (Arends, 2002). Di dalam melakukan refleksi, guru harus memiliki kemandirian dan kemampuan menafsirkan serta memanfaatkan hasil-hasil pengalaman membelajarkan, kemajuan belajar mengajar, dan informasi lainnya bagi penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar secara berkesinambungan.. Di sinilah letak arti penting penelitian tindakan kelas bagi guru. Kemajuan dan perkembangan IPTEKS yang demikian pesat harus diantisipasi melalui penyiapan guru-guru yang memiliki kemampuan meneliti, sekaligus mampu memperbaiki proses pembelajarannya. Beberapa alasan lain yang mendukung pentingnya penelitian tindakan kelas sebagai langkah yang tepat untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pendidikan, antara lain: (1) guru berada di garis depan dan terlibat langsung dalam proses tindakan perbaikan mutu pendidikan; (2) guru terlibat dalam pembentukan pengetahuan yang merupakan hasil penelitiannya, dan (3) melalui PTK guru menyelesaikan masalah, menemukan jawab atas masalahnya, dan dapat segera diterapkan untuk melakukan perbaikan. Pengertian PTK Berdasarkan berbagai sumber seperti Mettetal (2003); Kardi (2000), dan Nur (2001) Penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR) didefinisikan sebagai penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Dalam model penelitian ini, si peneliti (guru) bertindak sebagai pengamat (observer) sekaligus sebagai partisipan. Dengan demikian PTK tidaklah sekedar penyelesaian masalah, melainkan juga terdapat misi perubahan dan peningkatan. PTK bukanlah penelitian yang dilakukan terhadap seseorang, melainkan penelitian yang dilakukan oleh praktisi terhadap kinerjanya untuk melakukan peningkatan dan perubahan terhadap apa yang sudah mereka lakukan. PTK bukanlah semata-mata menerapkan metode ilmiah di dalam pembelajaran atau sekedar menguji hipotesis, melainkan lebih memusatkan perhatian pada perubahan baik pada peneliti (guru) maupun pada situasi di mana mereka bekerja. Dengan mengikuti alur berpikir itu, PTK menjadi penting bagi guru karena membantu mereka dalam hal: memahami lebih baik tentang pembelajarannya, mengembangkan keterampilan dan pengetahuan, sekaligus dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan belajar siswanya. Saat seorang guru melaksanakan PTK berarti guru telah menjalankan misinya sebagai guru professional, yaitu (1) membelajarkan, (2) melakukan pengembangan profesi berupa penulisan karya ilmiah dari hasil PTK, sekaligus (3) melakukan ikhtiar untuk peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran sebagai bagian tanggungjawabnya. Prinsip-Prinsip PTK Prinsip-prinsip yang mendasari pelaksanaan PTK adalah sebagai berikut. PTK merupakan kegiatan nyata yang dilaksanakan di dalam situasi rutin. Oleh karena itu peneliti PTK (guru) tidak perlu mengubah situasi rutin/alami yang terjadi. Jika PTK dilakukan di dalam situasi rutin hasil yang diperoleh dapat digunakan secara langsung oleh guru tersebut. PTK dilakukan sebagai kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja peneliti (guru) yang bersangkutan. Guru melakukan PTK karena menyadari adanya kekurangan di dalam kinerja dan karena itu ingin melakukan perbaikan. Pelaksanaan PTK tidak boleh mengganggu komitmennya sebagai pengajar. Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan tiga hal. Pertama, guru perlu menyadari bahwa dalam mencobakan sesuatu tindakan pembelajaran yang baru, selalu ada kemungkinan hasilnya tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Kedua, siklus tindakan dilakukan dengan selaras dengan keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan, khususnya dari segi pembentukan kompetensi yang dicantumkan di dalam Standar Isi, yang sudah dioperasionalkan ke dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Ketiga, penetapan siklus tindakan dalam PTK mengacu pada penguasaan kompetensi yang ditargetkan pada tahap perencanaan. Jadi pedoman siklus PTK bukan ditentukan oleh ketercukupan data yang diperoleh peneliti, melainkan mengacu kepada seberapa jauh tindakan yang dilakukan itu sudah dapat memperbaiki kinerja yang menjadi alasan dilaksanakan PTK tadi. PTK dapat dimulai dengan melakukan analisis SWOT, yang dilakukan dengan menganalisis kekuatan (S=Strength) dan kelemahan (W=Weaknesses) yang dimiliki, dan factor eksternal (dari luar) yaitu peluang atau kesempatan yang dapat diraih ( O=Opprtunity), maupun ancaman (T=Treath). Empat hal tersebut bisa dipandang dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa yang dikenai tindakan. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran. PTK sejauh mungkin menggunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru dan ia tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknik-teknik perekaman yang cukup sederhana, namun dapat menghasilkan informasi yang cukup berarti dan dapat dipercaya. Metode yang digunakan harus cukup reliabel, sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis yang dikemukakannya. Oleh karena itu, meskipun pada dasarnya memperbolehkan kelonggaran, namun penerapan asas-asas dasar tetap harus dipertahankan. Masalah penelitian yang dipilih guru seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukannya. Pendorong utama pelaksanaan PTK adalah komitmen profesional untuk memberikan layanan yang terbaik kepada siswa. Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten, memiliki kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan karena selain melibatkan anak-anak manusia, PTK juga hadir dalam suatu konteks organisasional, sehingga penyelenggaraannya harus mengindahkan tata-krama kehidupan berorganisasi. Meskipun kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan classroom-exceeding perspective, dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan/atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan. Karakteristik PTK Karakteristik PTK dapat diidentifikasi, yaitu sebagai berikut. Self-reflective inquiry, PTK merupakan penelitian reflektif, karena dimulai dari refleksi diri yang dilakukan oleh guru. Untuk melakukan refleksi, guru berusaha bertanya kepada diri sendiri, misalnya dengan mengajukan pertanyaan berikut. Apakah penjelasan saya terlampau cepat? Apakah saya sudah memberi contoh yang memadai? Apakah saya sudah memberi kesempatan bertanya kepada siswa? Apakah saya sudah memberi latihan yang memadai? Apakah hasil latihan siswa sudah saya beri balikan? Apakah bahasa yang saya gunakan dapat dipahami siswa? Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru akan dapat memperkirakan penyebab dari masalah yang dihadapi dan akan mencoba mencari jalan keluar untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran secara beretahap dan bersiklus. Pola siklusnya adalah: perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi, yang dilanjutkan dengan perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi (yang sudah direvisi) dan seterusnya secara berulang. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Kelas Penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian kelas (classroom research). PTK termasuk salah satu jenis penelitian kelas karena penelitian tersebut dilakukan di dalam kelas. Penelitian kelas adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelas, mencakup tidak hanya PTK, tetapi juga berbagai jenis penelitian yang dilakukan di dalam kelas, misalnya penelitian tentang bentuk interaksi siswa atau penelitian yang meneliti proporsi berbicara antara guru dan siswa saat pembelajaran berlangsung. Jelas dalam penelitian kelas seperti ini, kelas dijadikan sebagai obyek penelitian. Penelitian dilakukan oleh orang luar, yang mengumpulkan data. Sementara itu PTK dilakukan oleh guru sendiri untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di kelas yang menjadi tugasnya. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan penelitian kelas ditunjukkan pada Tabel 1. Pada Tabel 2 ditunjukkan pula perbedaan PTK dengan penelitian formal atau penelitian pada umumnya yang biasa dilakukan oleh peneliti. Tabel 1. Perbandingan PTK dan Penelitian Kelas No. Aspek Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Kelas 1 Peneliti Guru Orang luar 2 Rencana penelitian Oleh guru (mungkin dibantu orang luar) Oleh peneliti 3 Munculnya masalah Dirasakan oleh guru Dirasakan oleh orang luar/peneliti 4 Ciri utama Ada tindakan untuk perbaikan yang berulang Belum tentu ada tindakan perbaikan 5 Peran guru Sebagai guru dan peneliti Sebagai guru (subyek penelitian) 6 Tempat penelitian Kelas Kelas 7 Proses pengumpulan data Oleh guru sendiri atau bantuan orang lain Oleh peneliti 8 Hasil penelitian Langsung dimanfaatkan oleh guru, dan dampaknya dapat dirasakan oleh siswa Menjadi milik peneliti, belum tentu dimanfaatkan oleh guru Tabel 2. Perbedaan Karakteristik PTK dan Penelitian Formal No. Dimensi Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Formal 1 Motivasi Perbaikan Tindakan Kebenaran 2 Sumber masalah Diagnosis status Induktif-deduktif 3 Tujuan Memperbaiki atau menyelesaikan masalah lokal Mengembangkan, menguji teori, menghasilkan pengetahuan 4 Peneliti yang terlibat Pelaku dari dalam (guru) memerlukan sedikit pelatihan untuk dapat melakukan Orang luar yang berminat, memerlukan pelatihan yang intensif untuk dapat melakukan 5 Sampel Kasus khusus Sampel yang representatif 6 Metode Longgar tetapi berusaha obyektif-jujur-tidak memihak (impartiality) Baku dengan obyektivitas dan ketidakberpihakan yang terintegrasi (build in objectivity and impartiality)) 7 Penafsiran hasil Penelitian Untuk memahami praktek melalui refleksi oleh praktisi pendeskripsian, mengabstraksi, penyimpulan dan pembentukan teori oleh ilmuwan. 8 Hasil Akhir Siswa belajar lebih baik (proses dan produk) Pengetahuan, prosedur atau materi yang teruji 9. Generalisasi Terbatas atau tidak dilakukan Dilakukan secara luas pada populasi Sumber : Fraenkel, 2011,p.595 Manfaat dan Keterbatasan PTK Penelitian tindakan kelas mempunyai manfaat yang cukup besar, baik bagi guru, pembelajaran, maupun bagi sekolah. Manfaat PTK bagi guru antara lain sebagai berikut. a) PTK dapat dijadikan masukan untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya; b) Guru dapat berkembang secara profesional, karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya melalui PTK; c) PTK meningkatkan rasa percaya diri guru; d) PTK memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. Manfaat bagi pembelajaran/siswa, PTK bermanfaat untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa, di samping guru yang melaksanakan PTK dapat menjadi model bagi para siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil belajarnya. Bagi sekolah, PTK membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan/kemajuan pada diri guru dan proses pendidikan di sekolah tersebut. Keterbatasan PTK terutama terletak pada validitasnya yang tidak mungkin melakukan generalisasi karena sasarannya hanya kelas dari guru yang berperan sebagai pengajar dan peneliti. PTK memerlukan berbagai kondisi agar dapat berlangsung dengan baik dan melembaga. Kondisi tersebut antara lain, dukungan semua personalia sekolah, iklim yang terbuka yang memberikan kebebasan kepada para guru untuk berinovasi, berdiskusi, berkolaborasi, dan saling mempercayai di antara personalia sekolah, dan juga saling persaya antara guru dengan siswa. Birokrasi yang terlampau ketat merupakan hambatan bagi PTK. Sumber : Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

    Thursday, 24 September 2015

    KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

    Salah satu ciri guru yang berhasil (efektif) adalah bersifat reflektif. Guru yang demikian selalu belajar dari pengalaman, sehingga dari hari ke hari kinerjanya menjadi semakin baik (Arends, 2002). Di dalam melakukan refleksi, guru harus memiliki kemandirian dan kemampuan menafsirkan serta memanfaatkan hasil-hasil pengalaman membelajarkan, kemajuan belajar mengajar, dan informasi lainnya bagi penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar secara berkesinambungan.. Di sinilah letak arti penting penelitian tindakan kelas bagi guru. Kemajuan dan perkembangan IPTEKS yang demikian pesat harus diantisipasi melalui penyiapan guru-guru yang memiliki kemampuan meneliti, sekaligus mampu memperbaiki proses pembelajarannya.
    Beberapa alasan lain yang mendukung pentingnya penelitian tindakan kelas sebagai langkah yang tepat untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pendidikan, antara lain: (1) guru berada di garis depan dan terlibat langsung dalam proses tindakan perbaikan mutu pendidikan; (2) guru terlibat dalam pembentukan pengetahuan yang merupakan hasil penelitiannya, dan (3) melalui PTK guru menyelesaikan masalah, menemukan jawab atas masalahnya, dan dapat segera diterapkan untuk melakukan perbaikan.

    1. Pengertian PTK
    Berdasarkan berbagai sumber seperti Mettetal (2003); Kardi (2000), dan Nur (2001) Penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR) didefinisikan sebagai penelitian yang dilakukan oleh  guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Dalam model  penelitian ini, si peneliti (guru) bertindak sebagai pengamat (observer) sekaligus sebagai partisipan.
    Dengan demikian PTK tidaklah sekedar penyelesaian masalah, melainkan juga terdapat misi perubahan dan peningkatan. PTK bukanlah penelitian yang dilakukan terhadap seseorang, melainkan penelitian yang dilakukan oleh praktisi terhadap kinerjanya untuk melakukan peningkatan dan perubahan terhadap apa yang sudah mereka lakukan. PTK bukanlah semata-mata menerapkan metode ilmiah di dalam pembelajaran atau sekedar menguji hipotesis, melainkan lebih memusatkan perhatian pada perubahan baik pada peneliti (guru) maupun pada situasi di mana mereka bekerja.  
    Dengan mengikuti alur berpikir itu, PTK menjadi penting bagi guru karena membantu mereka dalam hal: memahami lebih baik tentang pembelajarannya, mengembangkan keterampilan dan pengetahuan, sekaligus dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan belajar siswanya.
    Saat seorang guru melaksanakan PTK berarti guru telah menjalankan misinya sebagai guru professional, yaitu (1) membelajarkan, (2) melakukan pengembangan profesi berupa penulisan karya ilmiah dari hasil PTK, sekaligus (3) melakukan ikhtiar untuk peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran sebagai bagian tanggungjawabnya.

    1. Prinsip-Prinsip PTK
    Prinsip-prinsip yang mendasari pelaksanaan PTK adalah sebagai berikut.
    1. PTK merupakan kegiatan nyata yang dilaksanakan di dalam situasi rutin. Oleh karena itu peneliti PTK (guru) tidak perlu mengubah situasi rutin/alami yang terjadi. Jika PTK dilakukan di dalam situasi rutin hasil yang diperoleh dapat digunakan secara langsung oleh guru tersebut.
    2. PTK dilakukan sebagai kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja peneliti (guru) yang bersangkutan. Guru melakukan PTK karena menyadari adanya kekurangan di dalam kinerja dan karena itu ingin melakukan perbaikan.
    3. Pelaksanaan PTK tidak boleh mengganggu komitmennya sebagai pengajar. Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan tiga hal. Pertama, guru perlu menyadari bahwa dalam mencobakan sesuatu tindakan pembelajaran yang baru, selalu ada kemungkinan hasilnya tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Kedua, siklus tindakan dilakukan dengan  selaras dengan keterlaksanaan kurikulum secara  keseluruhan, khususnya dari segi pembentukan kompetensi yang dicantumkan di dalam Standar Isi, yang sudah dioperasionalkan ke dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Ketiga, penetapan siklus tindakan  dalam PTK mengacu pada penguasaan kompetensi yang ditargetkan  pada tahap perencanaan. Jadi pedoman siklus PTK bukan ditentukan oleh ketercukupan data yang diperoleh peneliti, melainkan mengacu kepada seberapa jauh tindakan yang dilakukan itu sudah dapat memperbaiki kinerja yang menjadi alasan dilaksanakan PTK tadi.
    4. PTK dapat dimulai dengan melakukan analisis SWOT, yang dilakukan dengan menganalisis kekuatan (S=Strength) dan kelemahan (W=Weaknesses) yang dimiliki, dan factor eksternal (dari luar) yaitu peluang atau kesempatan yang dapat diraih ( O=Opprtunity), maupun ancaman (T=Treath). Empat hal tersebut bisa dipandang dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa yang dikenai tindakan.
    5. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran. PTK sejauh mungkin menggunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru dan ia tetap aktif berfungsi  sebagai guru yang bertugas secara penuh. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknik-teknik perekaman yang cukup sederhana, namun dapat menghasilkan informasi yang cukup berarti dan dapat dipercaya.
    6. Metode yang digunakan harus cukup reliabel, sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menguji  hipotesis yang dikemukakannya. Oleh karena itu, meskipun pada dasarnya    memperbolehkan kelonggaran, namun penerapan asas-asas dasar tetap harus dipertahankan.
    7. Masalah penelitian yang dipilih guru seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukannya.  Pendorong utama pelaksanaan PTK adalah komitmen profesional untuk memberikan layanan yang terbaik kepada siswa.  
    8. Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten, memiliki kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan karena selain melibatkan anak-anak manusia, PTK juga hadir dalam suatu konteks organisasional, sehingga penyelenggaraannya harus mengindahkan tata-krama kehidupan berorganisasi.
    9. Meskipun kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan classroom-exceeding perspective, dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan/atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan.

    1. Karakteristik PTK
    Karakteristik PTK dapat diidentifikasi, yaitu sebagai berikut.
    1. Self-reflective inquiry, PTK merupakan penelitian reflektif, karena dimulai dari refleksi diri yang dilakukan oleh guru. Untuk melakukan refleksi, guru berusaha bertanya kepada diri sendiri, misalnya dengan mengajukan pertanyaan berikut.
      • Apakah penjelasan saya terlampau cepat?
      • Apakah saya sudah memberi contoh yang memadai?
      • Apakah saya sudah memberi kesempatan bertanya kepada siswa?
      • Apakah saya sudah memberi latihan yang memadai?
      • Apakah hasil latihan siswa sudah saya beri balikan?
      • Apakah bahasa yang saya gunakan dapat dipahami siswa?
    Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru akan dapat memperkirakan penyebab dari masalah yang dihadapi dan akan mencoba mencari jalan keluar untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil belajar siswa.
    1. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran secara beretahap dan bersiklus. Pola siklusnya adalah: perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi, yang dilanjutkan dengan perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi (yang sudah direvisi) dan seterusnya secara berulang.

    1. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Kelas
    Penelitian tindakan kelas  berbeda dengan penelitian kelas (classroom research). PTK termasuk salah satu jenis penelitian kelas karena penelitian tersebut dilakukan di dalam kelas. Penelitian kelas  adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelas, mencakup tidak hanya PTK, tetapi juga berbagai jenis penelitian yang dilakukan di dalam kelas, misalnya penelitian tentang bentuk interaksi siswa atau penelitian yang meneliti proporsi berbicara antara guru dan siswa saat pembelajaran berlangsung. Jelas dalam penelitian kelas seperti ini, kelas dijadikan sebagai  obyek penelitian.  Penelitian dilakukan oleh orang luar, yang mengumpulkan data. Sementara itu PTK dilakukan oleh guru sendiri untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di kelas yang menjadi tugasnya. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan penelitian kelas ditunjukkan pada Tabel 1. Pada Tabel 2 ditunjukkan pula perbedaan PTK dengan penelitian formal atau penelitian pada umumnya yang biasa dilakukan oleh peneliti.

    Tabel 1. Perbandingan PTK dan Penelitian Kelas
    No.
    Aspek
    Penelitian Tindakan Kelas
    Penelitian Kelas
    1
    Peneliti
    Guru
    Orang luar
    2
    Rencana penelitian
    Oleh guru (mungkin dibantu orang luar)
    Oleh peneliti
    3
    Munculnya masalah
    Dirasakan oleh guru
    Dirasakan oleh orang luar/peneliti
    4
    Ciri utama
    Ada tindakan untuk perbaikan yang berulang
    Belum tentu ada tindakan perbaikan
    5
    Peran  guru
    Sebagai guru dan peneliti
    Sebagai guru (subyek penelitian)
    6
    Tempat penelitian
    Kelas
    Kelas
    7
    Proses pengumpulan data
    Oleh guru sendiri   atau  bantuan  orang lain
    Oleh peneliti
    8
    Hasil penelitian
    Langsung dimanfaatkan oleh guru, dan dampaknya dapat dirasakan oleh siswa
    Menjadi milik peneliti, belum tentu dimanfaatkan oleh guru

    Tabel 2. Perbedaan Karakteristik PTK dan Penelitian Formal
    No.
    Dimensi
    Penelitian Tindakan Kelas
    Penelitian Formal
    1
    Motivasi
    Perbaikan Tindakan
    Kebenaran
    2
    Sumber masalah
    Diagnosis status
    Induktif-deduktif
    3
    Tujuan
    Memperbaiki atau menyelesaikan masalah lokal
    Mengembangkan, menguji teori, menghasilkan pengetahuan
    4
    Peneliti yang terlibat
    Pelaku dari dalam (guru) memerlukan sedikit pelatihan untuk dapat melakukan
    Orang luar yang berminat, memerlukan pelatihan yang intensif untuk dapat melakukan
    5
    Sampel
    Kasus khusus
    Sampel yang  representatif
    6
    Metode
    Longgar tetapi berusaha obyektif-jujur-tidak memihak (impartiality)
    Baku dengan obyektivitas dan ketidakberpihakan yang terintegrasi (build in objectivity and impartiality))
    7
    Penafsiran hasil Penelitian
    Untuk memahami praktek melalui refleksi oleh praktisi
    pendeskripsian, mengabstraksi, penyimpulan dan pembentukan teori oleh ilmuwan.
    8
    Hasil Akhir
    Siswa belajar lebih baik (proses dan produk)
    Pengetahuan, prosedur atau materi yang teruji
    9.
    Generalisasi
    Terbatas atau tidak dilakukan
    Dilakukan secara luas pada populasi
    Sumber : Fraenkel, 2011,p.595

    1. Manfaat dan Keterbatasan PTK 
    Penelitian tindakan kelas mempunyai  manfaat yang cukup besar, baik  bagi guru, pembelajaran, maupun bagi sekolah.  Manfaat PTK bagi guru antara lain sebagai berikut.  a) PTK dapat dijadikan masukan  untuk memperbaiki  pembelajaran yang dikelolanya; b) Guru dapat berkembang secara profesional, karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai  dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya melalui PTK; c) PTK meningkatkan rasa percaya diri guru; d) PTK memungkinkan guru secara  aktif  mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
    Manfaat bagi pembelajaran/siswa, PTK bermanfaat untuk meningkatkan proses  dan hasil belajar siswa, di samping guru yang melaksanakan  PTK dapat menjadi  model  bagi para siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil belajarnya.  Bagi sekolah, PTK membantu  sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan/kemajuan pada diri guru dan proses pendidikan di sekolah tersebut.
    Keterbatasan PTK terutama  terletak pada validitasnya yang tidak  mungkin melakukan generalisasi karena sasarannya hanya kelas dari guru yang berperan sebagai pengajar dan peneliti.  PTK memerlukan berbagai kondisi agar dapat berlangsung dengan baik dan melembaga. Kondisi tersebut antara lain, dukungan semua personalia sekolah, iklim yang terbuka yang memberikan kebebasan kepada para guru untuk berinovasi, berdiskusi, berkolaborasi, dan saling mempercayai di antara personalia sekolah, dan juga saling persaya antara guru dengan siswa. Birokrasi yang terlampau ketat merupakan hambatan bagi PTK.
    Sumber : Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

    Thursday, 5 February 2015

    PENGUMUMAN NOMOR SERTIFIKAT PESERTA LULUS PLPG RAYON 109 UNJ TAHUN 2014

    BERIKUT KAMI LAMPIRKAN NOMOR DAN TANGGAL SERTIFIKAT BAGI PESERTA YANG LULUS PLPG TAHUN 2014 RAYON 109 UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.


    LAMPIRAN 1A SILAHKAN KLIK DI SINI

    LAMPIRAN 1B SILAHKAN KLIK DI SINI

    LAMPIRAN 1C SILAHKAN KLIK DI SINI

    LAMPIRAN 1D SILAHKAN KLIK DI SINI

    LAMPIRAN 1E SILAHKAN KLIK DI SINI



    Terima Kasih,
    Panitia Sertifikasi Guru Rayon 109
    Universitas Negeri Jakarta

    Sumber : http://asg.unj.ac.id/ 

    Monday, 25 August 2014

    Kartu Identitas PTK

    Dalam hal ini yang dimaksud juga adalah pembuatan kartu NUPTK versi cetak yang nantinya bisa dilaminating mandiri oleh PTK ybs. 
    Persiapan pertama antara lain, NUPTK dan password masing-masing PTK untuk login (jika lupa bisa ditanyakan ke operator yang sebelumnya mengurus verval NUPTK.
    Foto digital berukuran maksimal 250x400 pixel. 
    jika perlu angket EDS padamu yang sudah dicetak, namun jika ingin langsung mengisi EDS secara online tidak perlumemberikan kepada guru EDS versi print out yang banyak disediakan teman operator.

    Login dahulu ke web Padamu negeri
    Masukkan NUPTK dan password
    Lalu pilih Link Padamu PTK 

    Ada beberapa tahapan yang harus dilalui sebelum mencetak Kartu NUPTK ini
    1. Mengisi Angket EDS secara online
    2. Mengisi Survey Kurikulum 2013
    3. Mengupload Foto PTK
    4. Mengecek portofolio atau data pribadi PTK
    5. Mencetak kartu digital NUPTK

    Nah disini kita langsung loncat saja ke tahapan no 3, dengan catatan tahapan 1 dan 2 sudah selesai.


    Pada tahapan ketiga kita diwajibkan mengunggah foto diri PTK dengan ukuran maksimal 250x400 pixel yang nantinya foto ini akan dimasukkan ke dalam kartu digital NUPTK tadi. 
    Namun kita tidak bisa langsung masuk ke tahapan ke 5 Cetak kartu, jika pada tahapan ke 4, kita belum mempermanenkan portofolio guru/PTK tadi, dimana seharusnya hal ini sudah dilakukan sebelumnya. Silakan buka Cek Portofolio Guru.